Analisa Usaha Bisnis Kebab dan Burger Prospektif keuntungan dan kerugiannya,Di bulan yang penuh berkah ini, selain berlomba-lomba mendapatkan pahala, beberapa orang juga berlomba-lomba mendapatkan berkah ramadan dengan berjualan. Mulai dari berjualan takjil, makanan berat, camilan, ataupun baju serta perlengkapan ibadah.
Salah satu camilan khas Turki dan banyak muncul di bulan Ramadan adalah kebab. Kebab sendiri adalah makanan khas yang berasal dari Turki berupa kulit tortilla yang diisi dengan daging, sayuran, aneka saus, dan dipanggang setelahnya.
Daging yang digunakan dalam makanan kebab bisa berupa sapi, kambing, atau unta. Umumnya, kebab di Indonesia menjual daging sapi sebagai isiannya. Kebab tidak hanya booming di negara Timur Tengah saja, melainkan ke seluruh dunia seperti Cina, Jepang, Amerika, Eropa, dan juga negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia.
Alasan Bisnis Kebab Menguntungkan
Jika Anda tertarik membuka usaha kebab, Anda bisa memulainya dengan modal yang tidak terlalu besar dan berpotensi mendapatkan keuntungan yang besar. Alasannya karena kebab memiliki rasa enak dan terbilang mewah karena terdapat isian daging di dalamnya.
Walaupun kebab terdiri daging sebagai komposisi utamanya, harga jual kebab juga bervariasi, mulai dari Rp 7-18 ribu yang membuat berbagai kalangan dapat membelinya tanpa merasa keberatan.
Alasan lain mengapa bisnis kebab relatif menguntungkan karena makanan khas Timur Tengah ini cukup diminati dan disukai oleh kebanyakan orang. Tak jarang anak kecil pun menyukainya. Kebab juga menjadi makanan dengan kandungan gizi yang cukup lengkap dan padat sehingga membuat yang memakannya terasa kenyang.
Analisa Bisnis Kebab
Lalu, bagaimana cara memulai bisnis kebab? Untuk membuka usaha kebab ada dua cara yang bisa Anda lakukan, pertama adalah dengan bergabung menjadi mitra warung waralaba atau franchise. Cara kedua adalah dengan membangun brand tersendiri dan berjualan secara mandiri. Masing-masing pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Jika Anda bergabung dengan franchise, Anda tidak perlu melakukan branding karena sebagian orang sudah mengenal merek kebab tersebut.
Anda juga tidak perlu menyediakan bahan baku dan perlangkapan berjualan kebab karena saat bergabung dan membayar sejumlah uang sebagai kesepakatan, Anda mendapatkan perlengkapan tersebut. Biasanya, jika Anda bergabung dalam frenchise, pihak waralaba sudah menentukan lokasi yang dinilai cukup strategis.
Kekurangan dari bergabung dengan waralaba adalah penjual tidak memiliki ruang untuk menciptakan inovasi, harus membeli bahan baku dari waralaba setiap berbelanja, dan lamanya bisnis bertahan tergantung dengan reputasi waralaba.
Sebaliknya, jika Anda membuka usaha secara mandiri, Anda bisa berkreasi dan berinovasi terhadap barang jualan Anda dan dapat berbelanja bahan baku yang disesuaikan dengan kemauan. Namun, Anda harus pintar memperkenalkan merek kepada calon konsumen agar jualan tetap laris.
Pendapatan dan keuntungan
Apabila Anda mampu menjual sekitar 20 kebab sehari dengan ukuran besar isian lengkap plus keju dengan harga Rp 15.000, maka pendapatan yang bisa didapatkan adalah
=porsi x harga jual
=20 x Rp 15.000 = 300.000 / hari atau
=porsi x harga jual x 1 bulan (30 hari)
=20 x Rp 15.000 x 30 = Rp 9.000.000 / bulan
Jika modal bahan baku cukup untuk membuat 200 kebab, maka dalam sebulan Anda membutuhkan setidaknya 3x berbelanja bahan baku, yang artinya pendapatan per bulan adalah
=Pendapatan Kotor – Belanja Bahan Baku
=Rp 9.000.000 – (Rp 1.282.000 x 3)
=Rp 5.154.000
Maka, keuntungan yang didapat adalah
=Pendapatan Bersih (Tidak Termasuk Belanja Bahan Bakut) – Modal Awal (Investasi Peralatan)
=Rp 5.154.000 – Rp 2.258.000
=Rp 2.896.000
Di bulan awal berjualan, Anda sudah bisa balik modal plus mendapatkan keuntungan hampir Rp 3 juta. Di bulan kedua, Anda bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 5 jutaan karena Anda tidak perlu membeli peralatan kembali. Cukup menggiurkan bukan? Apabila dalam seharinya Anda mampu menjual lebih dari 20 pcs, maka keuntungan yang diraup juga semakin besar.